49 tahun yang lalu, Indonesia dilanda prahara. Jutaan orang2 tdk
bersalah ditangkap, dipenjarakan, bahkan dieksekusi. Puluhan tahun
distigma tak bertuhan, di diskriminasi di masyrakat, dan sulit untuk
mengembangkan kehidupan. Kini, mereka tidak meminta muluk2. Mereka hanya
minta nama baiknya direhabilitasi, sejarah diungkap, agar cukup mereka
yang jadi korban, jangan anak cucu lagi.
Untuk memperingatinya, Amin Mudzakkir, salah seorang peneliti LIPI menuilis sebuah artilek mengenai Eksil Indonesia dan Nasionalisme Kita.
Kaum eksil yang dimaksud dalam studi ini adalah orang Indonesia yang ketika peristiwa 1965 meletus sedang berada di luar negeri untuk berbagai macam keperluan: ada yang sedang sekolah, ada yang sedang menjalankan tugas sebagai diplomat, atau yang sedang menjadi wakil di organisasi regional/internasional, ada juga rombongan yang diundang oleh pemerintah Cina untuk menghadiri perayaan ulang tahun mereka pada akhir 1965. Mereka umumnya diutus oleh pemerintahan Soekarno dan sedang berada di negara-begara sosialiskomunis (Hill, 2008).
Di luar itu, kaum eksil juga merujuk pada kaum Tionghoa Indonesia yang melakukan eksodus ke luar negeri beberapa saat setelah peristiwa 1965 untuk menghindari aksi pembersihan oleh militer dan kelompok-kelompok sipil.
Yang penasaran dengan artikelnya, langsung saja download di link di bawah ini:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar