Selasa, 30 September 2014

Eksil Indonesia dan Nasionalisme Kita


49 tahun yang lalu, Indonesia dilanda prahara. Jutaan orang2 tdk bersalah ditangkap, dipenjarakan, bahkan dieksekusi. Puluhan tahun distigma tak bertuhan, di diskriminasi di masyrakat, dan sulit untuk mengembangkan kehidupan. Kini, mereka tidak meminta muluk2. Mereka hanya minta nama baiknya direhabilitasi, sejarah diungkap, agar cukup mereka yang jadi korban, jangan anak cucu lagi. 

Untuk memperingatinya, Amin Mudzakkir, salah seorang peneliti LIPI menuilis sebuah artilek mengenai Eksil Indonesia dan Nasionalisme Kita. 

Mengenal (Kembali) Makna Tadulako



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAqR2wK6xgOscx4kFxKr6VamaFux3mqycR_3ghon_v8KlHtOi0BJgn8j-wYp17iLWBwTYPDv5D6ZCl7kMWkLsPodEJZdb6H8R2Nh7N-yKvLay5faDyQ2I8gRpgEQOpVyn3CZ6Opqickeg/s1600/tadulako.jpg
Masih banyak mahasiswa Universitas Tadulako yang tidak mengetahui makna kata Tadulako. Padahal pengenalan terhadap makna kata tadulako telah didapatkan sejak mengikuti Orientasi Akademik (ORMIK). Namun pengenalan tersebut terkadang hanya jadi “angin lalu” bagi sebagian mahasiswa baru. Pada akhirnya, tidak banyak mahasiswa yang mengetahui makna kata tadulako tersebut.
Menurut Rusdi Toana dalam buku Menggugat Kebudayaan Tadulako dan Dero Poso karya Jamrin Abubakar, kata Tadulako memiliki dua makna yang berbeda. Pertama, Tadulako adalah sifat patriotik, kepahlawanan, gigih, dan pantang menyerah. Kedua, Tadulako adalah salah satu jabatan dalam struktur pemerintahan di beberapa kerajaan di Sulawesi Tengah. Tadulako bisa diartikan sebagai panglima perang.

Merawat Ingatan lewat City Heritage: Mencegah Dehistorisasi di Kota Palu

 http://www.radarsulteng.co.id/administrator/uploads/cb660b682a7f0e29257a00c712696ebb.jpg
Pembangunan di Kota Palu belum memperhatikan aspek historis sebagai bahan pertimbangan dalam kebijakan tata ruangnya. Pembangunan Kota Palu yang maju pesat tidak berbanding lurus dengan pemeliharaan dan penataan City Heritage sebagai ikon Kota Palu. Banyak City Heritage yang terancam hilang seiring dengan pembangunan yang pesat di Kota Palu.

Hal ini tercermin dari munculnya rencana untuk mengubah Bundaran Nasional yang merupakan salah satu situs sejarah peninggalan masa kolonial di kota Palu menjadi sebuah lahan parkir. Walaupun rencana tersebut akhirnya dibatalkan oleh pemerintah, namun niatan tersebut adalah indikasi bahwa ada masalah serius terkait pemahaman akan sejarah lokal di dalam lingkungan pemerintah Kota Palu.

Senin, 29 September 2014

Mengenal Lebih Dekat Souraja: Wisata Sejarah di Kota Palu

 

Wisata sejarah dapat menjadi salah satu pilihan bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Palu. Kota Palu sebagai bekas ibu kota Kerajaan Palu memiliki banyak peninggalan sejarah yang memiliki nilai historis yang sangat tinggi. Dewasa ini masih dapat kita temui sisa-sisa bangunan yang merupakan peninggalan masa kerajaan di Palu. Salah satunya adalah Souraja (Rumah Raja) atau yang biasa disebu Banua Oge.

Souraja terletak di Jalan Pangeran Hidayat. Objek wisata ini berada di wilayah administratif Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat. Souraja dapat disebut sebagai Istana Raja Palu, karena sejak didirikannya, bangunan ini ditempati oleh Raja-Raja Palu dan keluarganya silih berganti. Kepemilikan bangunan ini pun berlaku secara turun-temurun. 

Rintik Hujan





Rintik hujan membasahi malam ini
Aroma tanah yang basah membius syarafku
Cinta itu telah kembali
Rindu itu kembali

Aku tak tahu apakah ini nyata?
Ataukah hanya bias-bias air hujan?
hanya merdu rintik hujan?
hanya lamunanku saja?

Namun ...........
Haruskah perasaan ini membunuh akal sehatku?
Membunuh semua luka lama di hatiku?
Demi segenggam cinta darimu

Profil #UNTADmenulis


Gerakan UNTAD Menulis atau #UNTADmenulis adalah sebuah gerakan yang diinisiasi oleh sekelompok mahasiswa Universitas Tadulako yang peduli akan budaya literasi di kampusnya. Mereka menilai, budaya literasi di UNTAD masih sangat rendah dan perlu ditingkatkan. oleh karena itu, #UNTADmenulis hadir sebagai gerakan untuk menumbuhkan kembali budaya literasi tersebut.

email: untadmenulis@gmail.com

In Memorian: Abd. Rahman dg. Maselo



Foto ini adalah foto korban penghilangan paksa pasca Tragedi 1965. Ia adalah Ketua CDB PKI Sulawesi Tengah dan anggota Front Nasional. Ia hilang bersama 3 orang lainnya pada tahun 1967 dan sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya. Keluarganya masih menantikan dirinya untuk kembali berkumpul bersama mereka.